Hanya perempuan biasa yang suka jalan-jalan dan mengabadikannya lewat tulisan.
Benci nian aku pada delima itu. Lihatlah pohon kampungan itu, ia macam kena kutuk. Pokoknya berbongkol-bongkol, dahan-dahannya murung, ranting-rantingnya canggung, kulit kayunya keriput, daun-daunnya kusut. Malam Jumat, burung berkelong-kelong berkaok-kaok di puncaknya, memanggil-manggil malaikat maut. Tak berani aku dekat-dekat delima itu karena aku tahu pohon itu didiami hanntu.
Masuk ke cerita, saya tiba-tiba disuguhkan dengan kekesalan si tokoh utama pada sebuah pohon delima. Ia membandingkan delima malang dengan pohon-pohon lain yang tumbuh di pekarangan rumahnya. Alih-alih saya diperkenalkan dengan si tokoh, malah saya terlebih dahulu diperkenalkan dengan si pohon yang di sepanjang cerita nanti seperti tokoh yang tidak bisa dihilangkan keberadaannya.